Tugas Psikologi Kesehatan

PSIKOLOGI DAN PENERAPANNYA DALAM  :

  1. 1.      MANUSIA DAN BAKAT LINGKUNGAN

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat, bagaimana manusia baik secara orang- seorang maupun secara kelompok, dan manusia dalam hubungannya dengan kelompoknya bertingkah laku. Seorang guru misalnya berhasil membangkitkan motivasi belajar murid-muridnya. Seorang pemimpin pabrik berhasil menggerakkan massa untuk membangun, hanya melalui pidato. Semua itu merupakan contoh penerapan psikologi yang berhasil dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan kemasyarakatn dikenal adanya “pengembangan masyarakat” yang berusaha mendayagunakan potesi-potensi manusiawai masyarakat untuk lebih memajukan peri kehidupan dan kemakmuran masyarakat. Dengan pendekatan psikologi diadakanlah program pendidikan masyarakat, program pengajaran sambil bekerja, program pemberantasan buta kasara dan sebagainya.

Diangnosa masalah-masalah sosial merupakan kegiatan para ahli ”pekerja sosial” dalam menentukan penyebab penyakit-penyakit sosial sehingga ditemukan jalan keluar yang dapat ditempuh dan dijalankan dalam terapi sosial.

Oleh karena itu, walaupun psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang masih baru, namun diakui telah banyak memberikan sumbangan yang berarti pada bidang-bidang profesi lain.

  1. 2.      PENDIDIKAN MASYARAKAT

Pendidikan dan pengajaran masyarakat nampaknya dapat dianggap sebagai bidang profesi yang paling banyak memanfaatkan penerapan psikologi. Khususnya dalam pendidikan dan pengajaran persekolahan. Program-program dalam persekolahn yang memanfatkan hasil penelitian psikologi antara lain :

  1. Pengajaran

Bagi para pendidik, pengetahuan tentang psikologi yang dimiliki akan amat membantu dalam menghadapi anak didiknya. Misalnya, bagaimana memanfatkan hasil penelitian pendidikan sehingga dapat mendorong anak belajar, bagaimana memanfaatkan alat peraga dalam mengajar, dan lain sebagainya.

  1. Kurikulum

Dasar-dasar psikologi digunakan untuk menyusun program pengajaran, yang sesuai dengan masa perkembangan anak, kebutuhan –kebutuhan anak, minat anak, dan lain sebagainya.

  1. Disiplin dan peraturan

Pembuatan peraturan-peraturan sehingga dengan suka rela anak mau menurutinya, penciptaan suasana sekolah yang menyenangkan dan lain sebaginya.

  1. Human Relationship

Hubungan antar personal di sekolah sehingga dinamika kerja lebih efektif dan efisien misalkan guru dengan murid, guru dan kepala sekolah dan lain sebagainya.

  1. 3.      BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan dan penyuluhan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya, agar orang tersebut mampu mengatasi dirinya sendiri, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan masa depannya. Jadi jelas, bahwa sasaran bimbingan dan penyuluhan adalah pemebrian kecerahan bathin.

Konseling sudah cukup banyak dikenal orang, khususnya dalam dunia psikologi. Saat ini konseling banyak digunakan oleh para profesional konselor dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalahnya. Selain itu, dalam dunia pendidikan juga konseling juga diaplikasikan oleh pihak sekolah. Hal ini disebabkan karena konseling dipandang penting dalam membantu siswa menjadi seorang pribadi yang dewasa dan matang.

  1. 4.      KEPEMIMPINAN

Pengetahuan tentang leadership dan manajemen tak sedikit mempergunakan penemuan-penemuan dalam psikologi, karena yang dihadapi atau dipimpin adalah manusia atau segolongan manusia tertentu yang mempunyai sifat atau watak tersendiri, maka tidak heran apabila pemimpin pada suatu lembaga tertentu juga menggunakan pendekatan psikologi dalam beberapa aspek kehidupannya, misalnya :

  1. Bagaimana membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa
  2. Bagaimana memberi pengarahan untuk menuju suatu tujuan yang dicita-citakan
  3. Bagaiman pencegahan dan penyembuhan kekacauan Negara seperti pemberontakan, kriminal dan lain sebagainya.

Paparan tentang kepemimpinan umumnya merupakan suatu topik pelengkap yang biasa ditempatkan dalam bab-bab akhir dari buku-buku tes Psikologi Sosial. Dalam disiplin Psikologi Sosial itu sendiri, persoalan kepemimpinan tampaknya telah menajdi topik yang cukup menantang untuk dibahas. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa sejak munculnya disiplin ilmu itu (kurang lebih 75 tahun yang lalu) para ahlinya sudah mulai berbicara tentang berbagai masalah kepemimpinan.

Untuk bisa mahami dengan seksama mengenai berbagai masalah kepemimpinan, seyogyanya kita mau mengenal berbagai penelitian yang telah dilakukan para ahli ilmu-ilmu sosial (Social Sciences) seperti Sosiologi, Psikologi, atau Antropologi, untuk kemudian diperkuat lagi dengan serangkaian informasi mengenai data diri para pemimpin “besar” sekaligus berbagai wawasanya mengenai kepemimimpinan itu sendiri. Selanjutnya pemahaman yang lebih jelas akan diperoleh kalau kita juga mau menoleh kepada teori-teori yang telah dikembangkan oleh para ahli Ilmu Politik dan juga wawasan pemikiran yang juga telah dikembangkan oleh para sejarawan.

Dari ulasan singkat tersebut diatas tampak bahwa untuk menelusuri masalah kepemimpinan ternyata bukan persolan yang mudah. Hal yang demikian ini tidak mengherankan mengingat berbagai konsepsi tentang kepemimpinan pada umumnya berkaitan secara ketat dengan berbagai asumsi dasar mengenai hakekat manusia, terutama hakekat manusia dalam berbagai aktivitas kelompok.
Berbagai pengkajian tentang kepemimpinan, pada umumnya berangkat dari usaha membeberkan berbagai masalah yang relatif sederhana untuk kemudian lebih diperluas lagi dengan masalah-masalah yang lebih kompleks.

Dengan kata lain, dalam usahanya mengkaji secara objektif masalah-masalah kepemimpinan, pada mulanya para ahli berusaha menemukan karakteristik umum yang dimiliki oleh para pemimpin, dan yang tidak dimiliki oleh mereka yang bukan pemimpin. Dalam pendekatan semacam itu terungkap pula suatu cara pandang bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi asumsinya tentang peranan kepemimpinan dalam berbagai perwujudannya. Tugasnya, ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang dimiliki seseorang akan menjadi sorotan manakala anggota kelompok yang lain harus memilih, misalnya, kapten tim sepak bola, pejabat di dalam organisasi bisnisnya, atau manakala yang bersangkutan hendak memilih seorang penengah yang akan membantu persoalan yang dihadapinya.

Namun demikian, pendekatan yang sangat sederhana tersebut ternyata di kemudian hari mengalami kegagalan, oleh karena belum mampu mengungkapkan faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam proses kepemimpinan seperti misalnya : fungsi – fungsi pemimpin, hakekat tugas kelompok, pengaruh kekuasaan pimpinan, dan berbagai faktor penting lainnya.

Seirama dengan pesatnya perkembangan di dalam metodologi penelitian, interaksi yang jauh lebih kompleks antar akepribadian pemimpin dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan situasi lebih banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti di bidang ini. landasan berpikirnya behwa dengan memahami profil manusia yang berhasil menjadi pemimpin diharapkan bisa menambah akurasi pembahasan masalah kepemimpinan secara umum.

 

  1. d.      KRIMINAL

Hukum merupakan hal yang bisa dikatakan mempunyai pengaruh yang dominan dalam kehidupan manusia untuk mengarahkan kehidupannnya ke arah yang lebih baik.. Blackburn (dalam Bartol & Bartol, 1994; Kapardis, 1995) membagi peran psikologi dalam bidang hukum : psychology in law, psychology and law, psychology of law.

  1. Psychology in law, merupakan aplikasi praktis psikologi dalam bidang hukum seperti psikolog diundang menjadi saksi ahli dalam proses peradilan.
  1. Psychology and law, meliputi bidang psycho-legal research yaitu penelitian tentang individu yang terkait dengan hukum seperti hakim, jaksa, pengacara, terdakwa.
  2. Psychology of law, hubungan hukum dan psikologi lebih abstrak,  hukum sebagai penentu perilaku. Isu yang dikaji antara lain bagaimana masyarakat mempengaruhi hukum dan bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat.

Pandangan di atas sesuai dengan pendapat Mark Constanzo (2006) bahwa peran psikolog/psikologi dalam bidang hukum  :

  1. Sebagai penasehat
  1. Sebagai evaluator
  2. Sebagai pembaharu

Isu-isu yang berkaitan dengan kajian aplikasi psikologi dalam bidang hukum berkenaan dengan persepsi keadilan (bagaimana sesuatu putusan dikatakan adil, kenapa orang berbuat kejahatan, bagaimana mengubah perilaku orang untuk tidak berbuat kejahatan). Aplikasi secara detail dalam bidang ini antara lain: forensik, kriminalitas, pengadilan (hakim, jaksa, terdakwa, saksi, dll), pemenjaraan, dan yang berkaitan dengan penegakan hukum seperti kepolisian, dan lain-lain.

Kejahatan : terencana dan tidak terencana : reaksi cepat, emosional

Macam Perilaku Kejahatan :

  1. Kriminal biasa : mencuri, mencopet, dll
  1. Kriminal Konvensional : untuk jalan hidup
  2. Kriminal Profesional : dengan keahlian
  3. Kriminal dengan kekerasan : pembunuhan, perkosaan
  4. Kriminal ‘public order’ : tidak ada korban, tetapi secara etika melanggar
  5. Kriminal politik : menentang pemerintah yg berkuasa
  6. Kriminal occupasional : malpraktek
  7. Kriminal bisnis : manipulasi bisnis, dan  menipu konsumen
  8. Yang terorganisasi : mafia, narkoba, dll.

Kenapa orang berbuat kejahatan ?

  1. 1.      Pendekatan Tipologi Fisik dalam Kepribadian

Tokoh yang mempopulerkan pendekatan ini adalah Sheldon dan Kretchmer. Kretchmer mengajukan teori konstitusi dalam kepribadian yang artinya adalah mencari hubungan antara tipe tubuh fisiologis dengan tipe kepribadian seseorang. Menurut Kretchmer ada tiga tipe jaringan embrionik dalam tubuh, yaitu :

  1. Endoderm berupa sistem digestif (pencernaan)
  1. Ectoderm berupa sistem kulit dan syaraf
  2. Mesoderm yang terdiri dari tulang dan otot.

Menurut Kretchmer orang yang normal itu memiliki perkembangan yang seimbang, sehingga kepribadiannya menjadi normal. Apabila perkembangannya imbalance, maka akan mengalami problem kepribadian. William Shldon (1949), dengan teori Tipologi Somatiknya, Ia membagi bentuk tubuh ke dalam tiga tipe :

  1. Endomorf: Gemuk (Obese), lembut (soft), and rounded people, menyenangkan dan sociabel.
  1. Mesomorf : berotot (muscular), atletis (athletic people), asertif, vigorous, and bold.
  2. Ektomorf : tinggi (Tall), kurus (thin), and otak berkembang dengan baik (well developed brain), Introverted, sensitive, and nervous.

Menurut Sheldon, tipe mesomorf merupakan tipe yang paling banyak melakukan tindakan kriminal.

Berdasarkan dari dua kajian di atas, banyak kajian tentang perilaku kriminal saat ini yang didasarkan pada hubungan antara bentuk fisik dengan tindakan kriminal. Salah satu simpulannya misalnya, karakteristik fisik pencuri itu memiliki kepala pendek (short heads), rambut merah (blond hair), dan rahang tidak menonjol keluar (nonprotruding jaws), sedangkan karakteristik perampok misalnya ia memiliki rambut yang panjang bergelombang, telinga pendek, dan wajah lebar. Apakah pendekatan ini diterima secara ilmiah? Barangkali metode ini yang paling mudah dilakukan oleh para ahli kriminologi kala itu, yaitu dengan mengukur ukuran fisik para pelaku kejahatan yang sudah ditahan/ dihukum, orang lalu melakukan pengukuran dan hasil pengukuran itu disimpulkan.

  1. 2.      Pendekatan Teori Trait Kepribadian

Pendekatan ini menyatakan bahwa sifat atau karakteristik kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan kriminal. Beberapa ide tentang konsep ini dapat dicermati dari hasil-hasil pengukuran tes kepribadian.

Dari beberapa penelitian tentang kepribadian baik yang melakukan teknik kuesioner ataupun teknik proyektif dapatlah disimpulkan kecenderungan kepribadian memiliki hubungan dengan perilaku kriminal. Dimisalkan orang yang cenderung melakukan tindakan kriminal adalah rendah kemampuan kontrol dirinya, orang yang cenerung pemberani, dominansi sangat kuat, power yang lebih, ekstravert, cenderung asertif, macho, dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang sangat tinggi, dan sebagainya. Sifat-sifat di atas telah diteliti dalam kajian terhadap para tahanan oleh beragam ahli.

Hanya saja, tampaknya masih perlu kajian yang lebih komprehensif tidak hanya satu aspek sifat kepribadian yang diteliti, melainkan seluruh sifat itu bisa diprofilkan secara bersama-sama.

  1. 3.      Pendekatan Psikoanalisis
  2. Freud melihat bahwa perilaku kriminal merupakan representasi dari Id yang tidak terkendalikan oleh ego dan super ego. Id ini merupakan impuls yang memiliki prinsip kenikmatan (Pleasure Principle). Ketika prinsip itu dikembangkannya Superego terlalu lemah untuk mengontrol impuls yang hedonistik ini. Walhasil, perilaku untuk sekehendak hati asalkan menyenangkan muncul dalam diri seseorang. Mengapa superego lemah? Hal itu disebabkan oleh resolusi yang tidak baik dalam menghadapi konflik Oedipus, artinya anak seharusnya melakukan belajar dan beridentifikasi dengan bapaknya, tapi malah dengan ibunya.
  1. Penjelasan lainnya dari pendekatan psikoanalis yaitu bahwa tindakan kriminal disebabkan karena rasa cemburu pada bapak yang tidak terselesaikan, sehingga individu senang melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan hukuman dari bapaknya.
  2. Psikoanalist lain (Bowlby: 1953) menyatakan bahwa aktivitas kriminal merupakan pengganti dari rasa cinta dan afeksi. Umumnya kriminalitas dilakukan pada saat hilangnya ikatan cinta ibu-anak.
  1. 4.      Pendekatan Teori Belajar Sosial

Teori ini dimotori oleh Albert Bandura (1986). Bandura menyatakan bahwa peran model dalam melakukan penyimpangan yang berada di rumah, media, dan subcultur tertentu (gang) merupakan contoh baik untuk terbentuknya perilaku kriminal orang lain. Observasi dan kemudian imitasi dan identifikasi merupakan cara yang biasa dilakukan hingga terbentuknya perilaku menyimpang tersebut. Ada dua cara observasi yang dilakukan terhadap model yaitu secara langsung dan secara tidak langsung (melalui vicarious reinforcement).

  1. 5.      Pendekatan Teori Kognitif

Penelitian Yochelson & Samenow (1976, 1984) mencoba mengetahui tentang gaya kognitif (cognitive styles) pelaku kriminal dan mencari pola atau penyimpangan bagaimana memproses informasi. Para peneliiti ini yakin bahwa pola berpikir lebih penting daripada sekedar faktor biologis dan lingkungan dalam menentukan seseorang untuk menjadi kriminal atau bukan. Dengan mengambil sampel pelaku kriminal seperti ahli manipulasi.(master manipulators), liar yang kompulsif, dan orang yang tidak bias mengendalikan dirinya mendapatkan hasil simpulan bahwa pola piker pelaku kriminal itu memiliki logika yang sifatnya internal dan konsisten, hanya saja logikanya salah dan tidak bertanggung jawab. Ketidaksesuaian pola ini sangat beda antara pandangan mengenai realitas.

Faktor penyebab perilaku kriminalitas dapat dijabarkan menjadi :

  1. Faktor Demografik, yaitu antara lain usia muda, jenis kelamin dan status sosial rendah
  1. Faktor Keluarga, yaitu antara lain kelahiran diluar nikah, ketidakmampuan orang tua memberi pengasuhan, penyaalahgunaan anak atau pengabaian anak, akibat kehamilan yang tidak diharapkan dan kurangnya kelekatan dengan orang tua
  2. Faktor pekerjaan atau sekolah
  3. Faktor kepribadian, yang meliputi antara lain kepribadian sensation seeking atau risk taking yang sering ditunjukkan oleh remaja seperti berbohong, impulsive dan kesulitan menunda kepuasan, locus of control eksternal, kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan penyalahgunaan obat
  4. Faktor yang berkaitan dengan riwayat seksual, seperti usia saat melakukan hubungan seksual pertama kali, jumlah pasangan seksual dan usia saat melakukan pernikahan pertama
  5. Gangguan klinis yang diderita

Created By NURUL ILMI KADIR

F1D211014

Tugas Psikologi Kesehatan


 

 

Leave a comment